OWA Institute Gelar Diskusi Peradaban Rempah di Sumatera Selatan
OWA Institute Gelar Diskusi Peradaban Rempah di Sumatera Selatan
OWA Institute menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Peradaban Rempah di SumateraSelatan” pada 21 Juni 2025 di Palembang. Acara ini menghadirkan pembicara Dr. Novita Wulandari, Direktur OWA Institute yang memaparkan sejarah, potensi, hingga tantangan pengembangan rempah di Sumatera Selatan, serta kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
Menurut Wulandari, Rempah-rempah telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun lalu, dimanfaatkan sebagai pengawet, pemberi rasa makanan, dan obat tradisional. Sejak abad ke-15 dan ke-16, rempah seperti cengkeh dan kayu manis menjadi komoditas bernilai tinggi yang mendorong bangsa Eropa menjelajah dan menjajah wilayah penghasil rempah, termasuk Indonesia.
Acara yang dihadiri oleh berbagai komunitas dan akademisi ini, juga membahas posisi Palembang sebagai kota pelabuhan tertua sejak masa Kedatusn Sriwijaya, telah menjadi pusat perdagangan rempah. Kota ini menjadi tempat bertemunya pedagang dari Cina, Arab, India, hingga Eropa. Pada masa Kesultanan, Palembang dikenal sebagai daerah penghasil komoditas ekspor ke Eropa. Kejayaan ini perlu diwujudkan kembali karena potensi rempah sangat ljuar biasa sampai saat ini.
Indonesia memiliki potensi besar pada tanaman biofarmaka seperti jahe, kunyit, dan kapulaga. Di Sumatera Selatan, luas panen terbesar adalah laos (2.781.927 m²) dan jahe (2.249.096 m²). Kabupaten Musi Rawas dan Musi Banyuasin menjadi sentra utama panen jahe, laos, kencur, dan kunyit di provinsi ini. Saat ini, rempah masih banyak diekspor dalam bentuk mentah, sehingga nilai tambah ekonomi belum optimal. Pengembangan produk turunan seperti bumbu dapur, minyak atsiri, manisan, dan permen rempah diharapkan dapat meningkatkan kemandirian dan ketahanan pangan rumah tangga, serta menjadi jalan menuju ekonomi hijau
Lebih lanjut Wulandari mengtakan, tantangan utama pengembangan rempah di Sumsel meliputi penguatan regulasi, pemetaan wilayah potensial, stabilisasi harga, dan pemberdayaan masyarakat—khususnya melalui kelompok wanita tani dan organisasi perempuan. OWA Institute siap berkolaborasi dengan pemerintah, swasta, media, LSM, dan masyarakat dalam pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan penguatan ekonomi keluarga.
Kegiatan ini merupakan rangkaian Festival Bulan Juni 2025. Kegiatan ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memaksimalkan potensi rempah sebagai jalan ketiga ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan di Sumatera Selatan.